Welcome

Welcome to my Blog Aliyono Dicaprio

Jumat, 25 Juni 2010

Ketulusan & Kejujuran

Pada tahun 2008, saya mengalami peristiwa yang sangat menyakitkan dalam hidupku. Pada waktu itu saya bekerja di salah satu keluarga di Jakarta Selatan, saat itu saya bekerja sebagai seorang guru pembimbing bagi seorang anak yang mengalami keterlambatan dalam hal belajar. Suka duka saya rasakan seakan menjadi makanan sehari-hari saya. Saya mengalami banyak hal yang saya sendiri secara pribadi tidak bisa terima. Setelah bekerja selama kurang lebih 9 bulan, saya berhenti dari pekerjaan tersebut karena pekerjaan tersebut banyak meyita waktu kuliah saya. Padahal tujuan utama saya ke Jakarta bukan untuk bekerja, tetapi untuk kuliah.
Akhirnya saya pindah ke Jakarta Timur dekat kampus UKI karena saya kuliah di situ. Dengan perasaan kecewa dan sakit hati saya keluar dari pekerjaan lama saya, dan saya konsentrasi untuk kuliah. Tidak lama kemudian, saya mendapat teman baru dari Timur, yang mau masuk akper UKI, tetapi baru satu bulan ia tinggal di kost dekat saya ia sakit. Sayapun kuatir karena ia jauh dari keluarga. Tetapi saya membawanya ke rumah sakit. Walaupun baru kenal dia saya anggap seperti saudara sendiri. Setelah dibawa ke rumah sakit, ternyata teman saya itu sakit appendiks akut, dan harus dioperasi. Sayapun bingung, dan telpon keluarganya di Timur sana. Setelah itu, dokterpun bicara langsung ke orang tuanya melalui telpon agar anaknya yang sakit segera dioperasi. Dan dokter menyuruh saya tanda tangan surat pernyataan, agar teman saya itu segera dioperasi. Tetapi pada awalnya saya menolak,dan saya kasih ke bapa kost, tetapi bapa kost tidak berani tanda tangan. Dan akhirnya saya juga yang menandatangani surat pernyataan tersebut, karena saya kasihan melihat teman saya itu yang kesakitan menahan sakitnya. Puji Tuhan operasi berjalan dengan lancar. Selama di rumah sakit selama seminggu lebih, saya mengurusi semua keperluan rumah sakit, menjaga dan mencuci pakaiannya. Semuanya saya lakukan dengan ketulusan, karena kasih Yesus dalam hidup saya. Dan selama ia sakit itu adalah pengalaman pertama saya mengenal atm, karena biayanya ditanggung pribadi maka ia menyerahkan atmnya dan nomor PINnya ke saya, walaupun kami baru saling kenal, tetapi ia percaya sama saya. Saya juga terus berulang-ulang ke atm, pada awalnya tidak tahu dan tidak mengerti soal atm, sampai paham betul atm. Tetapi selama mengambil uang di atm saya tidak pernah mengambil uangnya sepeserpun untuk saya. Walaupun dipikir-pikir saya cape dan harus rela berkorban waktu dan tenaga, tetapi saya tidak pernah mengharapkan imbalan dalam membantu teman saya yang sakit. Sampai-sampai pasien lainpun di rumah sakit itu, melihat kami seperti saudara padahal bukan saudara kandung, tetapi saudara dalam Kristus, merekapun kagum, saya hanya jelaskan bahwa semuanya saya lakukan dengan tulus dan jujur tanpa mengharapkan imbalan. 

Setelah beberapa bulan baru orang tuanya bisa datang ke Jakarta menjenguk anaknya yang sudah sehat. Dan orangnyapun menganggap saya seperti keluarga sendiri. Saya tidak pernah minta apa-apa tetapi mereka kasih saya uang dan sering dikirimi pulsa. Puji, semuanya saya percaya bukan kebetulan tapi ada maksud dan rencana Tuhan bagi saya, untuk bisa menyaksikan kasih-Nya yang laur biasa dalam hidup saya. Karena kita adalah saksi-sakri Kristus, maka marilah kita hidup dengan hati yang tulus dan jujur, karena ketulusan dan kejujuran yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia dan percayalah Tuhan tidak pernah menutup mata dan telinga akan apa yang kita lakukan, untuk kemuliaan nama-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar